Memastikan Mutu dan Keamanan Makanan Bergizi Gratis
![]() |
Ilustrasi Makanan Bergizi Gratis (Sumber: Generated AI) |
Niat pemerintah untuk mewujudkan generasi emas melalui program Makanan Bergizi Gratis (MBG) adalah langkah yang patut diapresiasi. Hingga Agustus 2025, program ini dilaporkan telah menjangkau lebih dari 19 juta anak sekolah, balita, dan ibu hamil di seluruh Indonesia. Sebuah capaian monumental yang berpotensi menjadi salah satu solusi fundamental untuk masalah gizi dan stunting. Dari sisi ini, dapat dikatakan bahwa program ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan SDM yang unggul, bukan sekadar memberikan makanan.
Namun, di balik capaian ini, terselip beberapa kekhawatiran yang membayangi. Insiden keracunan massal di berbagai daerah, seperti yang terjadi di Sleman, Lebong, dan terbaru di Bengkulu, menjadi alarm keras yang tidak bisa diabaikan.
Ada ratusan anak yang harus dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit setelah menyantap makanan yang seharusnya menyehatkan. Kejadian serupa terus berulang, memunculkan pertanyaan kritis: mengapa program yang didanai hingga Rp71 triliun ini justru menimbulkan risiko kesehatan bagi penerimanya?
Permasalahan ini sejatinya bukanlah insiden tunggal semata, tetapi mencerminkan kerentanan sistem dari hulu ke hilir. Berdasarkan laporan, penyebab utama keracunan adalah kontaminasi bakteri seperti E. coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus sp., yang mengindikasikan proses pengolahan makanan tidak higienis.
Jika dikaji lebih dalam, ada beberapa faktor kunci yang mungkin menjadi penyebab. Pertama, ketiadaan pengawasan ketat terhadap dapur pihak/UMKM yang menjadi mitra program. Misalnya tidak terpenuhinya standar sanitasi dan higienitas, baik karena kurangnya pengetahuan maupun ketersediaan fasilitas yang memadai.
Kedua, standar bahan baku yang belum terjamin. Di mana proses pengadaan bahan pangan yang belum terstandar, membuat kualitas dan keamanan bahan baku rentan.
Ketiga, proses distribusi yang tidak tepat. Makanan yang sudah matang sering kali didistribusikan dalam kondisi dan waktu yang tidak ideal, meningkatkan risiko kontaminasi dan pembusukan.
Meskipun lembaga-lembaga seperti BPOM dan Bapanas sudah mengambil langkah cepat dengan inspeksi dan cek sampel, insiden serupa masih terjadi. Ini menunjukan bahwa penanganan yang dilakukan sejauh ini perlu diperkuat untuk mencegah masalah.
Lebih lanjut, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan perbaikan berkelanjutan dalam hal tata kelola program. Program MBG tidak bisa hanya mengandalkan niat baik dan anggaran besar, tetapi harus dibangun di atas fondasi sistem pangan yang aman dan terjamin.
Berikut adalah langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan. Pertama, memperkuat sinergi antar lembaga terkait. Kolaborasi antara BGN sebagai koordinator, BPOM sebagai pengawas keamanan pangan, dan Bapanas sebagai penjamin ketersediaan pasokan harus diperkuat. Masing-masing lembaga harus memiliki peran yang jelas, tidak tumpang tindih.
Kedua, perlunya standarisasi dan sertifikasi wajib. Setiap pihak/UMKM yang menjadi mitra harus memiliki sertifikasi kelaikan higiene sanitasi dari dinas kesehatan setempat. Proses ini tidak boleh hanya formalitas, melainkan harus disertai pelatihan berkala dan audit mendadak untuk memastikan standar diterapkan secara konsisten.
Ketiga, melibatkan ahli dan publik dalam pengawasan. Pembentukan tim audit independen yang melibatkan ahli gizi, sanitarian, dan epidemiolog sangat krusial. Begitupun partisipasi publik melalui komite sekolah atau grup orang tua dapat menjadi pengawas tambahan yang efektif. Informasi mengenai standar operasional dan alur pelaporan harus transparan dan mudah diakses.
Keempat, pemanfaatan teknologi untuk transparansi. Pemerintah dapat mengembangkan platform digital terpadu untuk monitoring. Aplikasi ini bisa digunakan untuk melaporkan kondisi dapur, logistik pengiriman, hingga keluhan dari penerima manfaat secara real-time.
Sebagai penutup, program MBG adalah sebuah investasi besar untuk masa depan. Dalam hal ini, diperlukan pengawalan yang serius agar tidak menjadi bumerang yang justru membahayakan anak-anak bangsa. Setiap rupiah yang dialokasikan, setiap piring yang disajikan, harus diiringi dengan jaminan mutu dan keamanan.
Memastikan setiap makanan yang sampai ke tangan anak-anak kita tidak hanya bergizi, tetapi juga aman dari bahaya. Ini adalah tanggung jawab kita bersama, agar visi generasi emas benar-benar dapat terwujud, sepiring demi sepiring yang aman dan berkualitas.
Catatan: tulisan ini telah tayang di kumparan.com pada tanggal 7 September 2025, selengkapnya pada link berikut https://kumparan.com/mujas-teguh/memastikan-mutu-dan-keamanan-makanan-bergizi-gratis-25kbCJRz1JK/full
Posting Komentar untuk "Memastikan Mutu dan Keamanan Makanan Bergizi Gratis"